Perpaduan Modern dan Budaya: Menyatukan Rumah Minimalis dengan Rumah Joglo Jawa Tradisional
Mundoa.id - Di tengah derasnya arus modernisasi, masih ada cara cerdas untuk menjaga nilai-nilai budaya tetap hidup—termasuk dalam desain hunian. Hal inilah yang berhasil diwujudkan oleh Jwra Studio dalam proyek rumah tinggal di kawasan Laweyan, Solo. Alih-alih memilih hanya satu gaya arsitektur, mereka menyandingkan dua pendekatan desain yang kontras: rumah minimalis modern dan rumah joglo khas Jawa. Hasilnya? Hunian yang tidak hanya unik secara visual, tapi juga kaya secara nilai dan fungsi.
Merancang Dua Gaya, Satu Harmoni Ruang
Dengan lahan seluas 829m², proyek ini mengakomodasi dua massa bangunan: satu rumah minimalis bergaya modern dan satu joglo Jawa tradisional. Penempatannya bukan tanpa pertimbangan—rumah joglo yang sarat nilai historis berada di bagian belakang sebagai pusat kontemplatif dan spiritual, sementara rumah minimalis di bagian depan difungsikan sebagai ruang keluarga dan area publik sehari-hari.
Dari arah gerbang utama, rumah joglo tetap dapat terlihat tanpa tertutupi oleh rumah modern. Ini dimungkinkan karena desain rumah minimalis dibuat linear dengan dominasi dinding kaca yang tidak memblokir pandangan. Pendekatan ini tidak hanya cerdas dari sisi tata ruang, tetapi juga menjadi simbol keterbukaan antara tradisi dan modernitas.
Arsitektur yang Menghargai Konteks Budaya
Joglo yang digunakan dalam proyek ini merupakan bangunan lama yang direstorasi. Kayu jati eksisting dipertahankan, lengkap dengan ukiran dan sambungan tradisional yang tidak menggunakan paku. Detail ukiran pada pintu, jendela, dan langit-langit tetap asli, menjadi elemen estetika sekaligus narasi budaya yang kuat. Untuk memperkuat kesan tradisional, lantai di bagian joglo menggunakan keramik bermotif batik.
"Kami tidak ingin rumah joglo ini sekadar menjadi elemen dekoratif. Kami menghidupkannya kembali sebagai ruang yang aktif, tempat berkumpul, meditasi, atau menerima tamu dalam suasana khidmat," ujar tim Jwra Studio.
Sementara itu, rumah minimalis dirancang untuk tetap menghormati keberadaan joglo. Material utama berupa kaca dan kayu digunakan agar nuansa hangat dan natural tetap terasa. Tidak ada ornamen berlebihan, justru ruang-ruang dibuat bersih dan terang agar tidak menyaingi kompleksitas visual joglo di belakangnya.
Ruang Terbuka dan Transisi yang Halus
Salah satu kekuatan desain rumah ini adalah keberhasilan menciptakan transisi yang mulus antara dua bangunan. Ruang terbuka di tengah menjadi jembatan visual dan emosional. Area ini tidak hanya berfungsi sebagai halaman, tetapi juga sebagai pemersatu dua dunia: masa lalu dan masa kini.
Bukaan lebar pada rumah minimalis memungkinkan penghuni melihat joglo dari berbagai sudut. Kaca-kaca besar seolah menghapus batas antara interior dan eksterior, memungkinkan dialog visual yang konstan antara kedua gaya arsitektur tersebut.
Menariknya, walaupun jaraknya hanya beberapa langkah, rumah joglo tidak terasa ‘terusik’. Konstruksi minimalis yang ringan dan transparan memberi ruang untuk napas budaya yang hidup di dalam joglo tetap berdenyut dengan tenang.
Interior Minimalis dengan Rasa Tradisional
Interior rumah minimalis di proyek ini pun tidak sepenuhnya ‘dingin’ atau steril seperti kebanyakan gaya modern. Justru, pemilihan material kayu natural pada lantai, plafon, hingga rak penyekat ruang memberi sentuhan kehangatan. Dapur, ruang makan, dan ruang keluarga menyatu dalam satu ruang terbuka tanpa sekat—sebuah pendekatan kontemporer yang membuat hunian terasa lebih luas dan fleksibel.
Di balik rak kayu besar yang menjadi elemen transisi, terdapat kamar-kamar tidur dan kamar mandi yang tersembunyi. Walau bersifat privat, kamar-kamar ini tetap memiliki bukaan lebar dan kaca besar, menjaga kesinambungan dengan area luar serta memastikan cahaya alami tetap melimpah.
“Kami ingin ruang dalam tetap intimate, tapi tidak tertutup. Karena di rumah ini, cahaya dan alam luar adalah bagian penting dari keseharian,” tambah Jwra Studio.
Pengalaman Arsitektur yang Mengakar dan Relevan
Bukan tanpa alasan proyek ini layak mendapat perhatian. Selain keberhasilannya menyandingkan dua gaya arsitektur secara estetis, proyek ini juga memberikan contoh konkret bagaimana desain bisa menjadi medium penghormatan terhadap nilai-nilai lokal. Joglo yang tidak sekadar dipajang, tapi digunakan kembali dalam kehidupan sehari-hari, menjadi bukti bahwa arsitektur tradisional masih sangat relevan di era kini.
Lebih dari itu, proyek ini menunjukkan bahwa desain yang berhasil bukan hanya soal bentuk, tetapi soal pengalaman. Penghuni tidak hanya menikmati rumah ini secara visual, tetapi juga secara emosional dan spiritual. Dari sinilah muncul kedalaman yang tidak bisa ditiru oleh gaya tempel-tempelan atau dekorasi semata.
Jika kamu sedang mencari inspirasi untuk menciptakan rumah dengan akar budaya yang kuat namun tetap kontekstual dengan kebutuhan modern, maka studi kasus dari Jwra Studio ini patut dijadikan referensi. Kombinasi antara craftsmanship, nilai historis, dan desain kontemporer menciptakan harmoni yang jarang ditemukan dalam proyek hunian masa kini.
Referensi dan Rekomendasi Profesional
Untuk kamu yang ingin mengeksplorasi lebih jauh mengenai bagaimana menata ruang rumah tradisional seperti joglo dalam konteks kekinian, tidak ada salahnya untuk mengonsultasikan ide-ide tersebut ke profesional yang sudah berpengalaman dalam pendekatan serupa. Banyak desainer interior kini mulai menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan gaya hidup urban, termasuk dalam proyek hunian, kafe, dan vila.
Sebagai referensi lebih lanjut, kamu juga bisa mengeksplorasi inspirasi desain lain yang serupa melalui desain interior joglo jawa tradisional di website mundoa.id. Di sana, kamu bisa menemukan berbagai pendekatan kreatif dalam menghidupkan kembali estetika dan spiritualitas rumah-rumah Jawa dengan interpretasi yang segar dan relevan.